Sejarah Cokelat Identik dengan Hari Valentine
Lalu pertanyaannya, mengapa cokelat begitu identik dengan Hari Valentine?
Seperti yang dilansir Smithsonian Mag, kakao merupakan salah satu barang berharga bagi Suku Maya dan Aztek. Hanya orang yang berasal dari ekonomi kelas atas saja yang mampu untuk mendapatkannya.
Saking berharganya, biji kakao dianggap setara dengan emas. Bahkan di kalangan Suku Aztek, kakao bisa digunakan untuk membayar pajak.
Selain dianggap sebagai barang berharga, kakao yang setelah diolah menjadi cokelat itu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.
Seiring berjalannya waktu, pada awal 1600-an, sang penakluk wilayah Meksiko bagi Spanyol, Hernan Cortes membawa cokelat hingga menyebar ke Eropa.
Sejak saat itu, cokelat terus menyebar hingga bermunculan rumah-rumah yang memproduksi cokelat. Di London misalnya, rumah-rumah cokelat yang didirikan dijadikan sebagai tempat bersosialisasi kaum kelas atas.
Pada 1840-an, perayaan Hari Valentine yang semakin meluas memunculkan gagasan untuk menjadikan hari kasih sayang tersebut sebagai hari libur. Hari Valentine selalu dirayakan dengan saling memberikan hadiah kepada orang yang tersayang.
Di Inggris misalnya, masyarakat merayakan hari kasih sayang dengan memberikan hadiah yang dilengkapi dengan kartu ucapan berbentuk Cupid, seorang dewa cinta dalam mitologi Romawi.
Pada 1861, seorang pengusaha cokelat asal Inggris, Richard Cadburry melakukan strategi pemasaran yang cerdas untuk meningkatkan penjualan cokelatnya.
Dia berinovasi dengan memproduksi cokelat sebagai makanan yang bisa dikunyah. Cokelat tersebut dikemas dalam kemasan berbentuk hati, lalu ditambahkan aksesoris berupa simbol Cupid dan bunga mawar.
Berawal dari produk cokelat tersebut, banyak masyarakat yang menjadikan cokelat tersebut sebagai kado di Hari Valentine. Sejak saat itu, hari kasih sayang tersebut sangat identik dengan cokelat hingga kini.
