Kaltenghits.com – Jika kita melihat awan yang menggantung di angkasa, tampak seperti terlihat ringan. Tapi benarkan awan itu ringan? Berapakah berat awan? Jika Anda mengira awan itu ringan, maka Anda salah besar.
Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku yang tergantung di atmosfer di atas permukaan Bumi atau permukaan planet lainnya.
Karena awan merupakan tetesan air, maka bisa dipastikan awan memiliki berat yang bisa diukur dengan alat ukur massa jenis. Kerapatan di dalam gumpalan awan diperkirakan berkisar antara 1/2 gram air per meter kubik.
Hal ini diungkapkan oleh Matt Soniak, ahli geofisika dari Amerika yang menyebut ukuran tersebut sama dengan ukuran kelereng di dalam kotak.
Berdasarkan penjelasan dari Peggy LeMone, dari Pusat Penelitian Atmosfer Nasional Amerika Serikat, rata-rata awan cumulus memiliki lebar 1 kilometer. Secara kasar, bentuk awan cumulus adalah kubus, jadi setiap sisinya berukuran 1 kilometer.
Jika awan memiliki volume satu miliar kubik, maka ditemukan bahwa berat awan bisa mencapai 500.000 kilogram. Ukuran ini setara dengan ukuran berat 100 ekor gajah.
Dikutip dari Livescience, alasan awan tetap mengapung di atas langit adalah karena awan tersiri dari titik-titik air yang sangat kecil. Sehingga hal tersebut tidak terpengaruh dengan gaya gravitasi bumi.
Selain itu, proses kondensasi air yang mengubah air dari gas menjadi cair juga mempengaruhi awan mampu mengapung di langit. Kepadatan awan yang lebih rendah dibandingkan dengan udara juga menjadi faktor penentu mengapa awan lebih mudah mengapung di langit.
Umumnya awan dibedakan dari letak dan ukurannya di atmosfer, jadi jenisnya tersebut dapat diamati dan dikelompokkan melalui bentuknya, ketinggian, dan presipitasi yang dihasilkan.
Pada tahun 1984, keberadaan awan di langit pertama kali dikelompokkan oleh Komisi Cuaca Internasional. Lembaga tersebut membagi awan menjadi empat jenis utama, yakni awan tinggi, awan sedang, awan rendah dan awan perkembangan vertikal.
Pengelompokan tersebut berdasar ketinggian keberadaan awan yang memang berpengaruh pada muatan dan kemunculannya bagi permukaan bumi. Seorang ahli kimia asal Inggris Luke Howard pernah melakukan studi tentang awan. Pada tahun 1802, Luke Howard berhasil mengklasifikasi 3 bentuk dasar awan dan kombinasinya.
Ketiga bentuk dasar awan itu adalah Cirrus, Cumulus, dan Stratus. Cirrus merupakan awan dengan bentuk seperti rambut atau serat.
Lalu, Cumulus merupakan awan dengan bentuk seperti gumpalan atau timbunan menumpuk. Sedangkan Stratus adalah bentuk awan seperti lapisan layar atau lembaran.
Namun, lantaran awan terus berubah sepanjang waktu, dari ketiga dasar itu terjadi lagi beberapa kombinasi bentuk awan. (red)