Kaltenghits.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut terjadi anomali kejadian bencana alam banjir sepanjang Maret 2022 dibandingkan tujuh tahun sebelumnya.
Selain itu, jumlah kejadian bencana alam banjir sepanjang tiga bulan pertama 2022 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2021.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari membeberkan, selama periode 2015-2021, jumlah kejadian banjir pada Maret lebih rendah dari pada Januari-Februari. Kendati demikian, kejadian banjir pada Maret tahun ini berbeda.
“Untuk bulan Maret ini memang terjadi sedikit anomali dari pelaporan kejadian banjir di Indonesia,” kata Abdul Muhari dalam konferensi pers, Jumat (1/4).
“Kami lihat memang intensitas kejadian banjir yang didominasi oleh puncak musim penghujan seharusnya ada di bulan Januari-Februari. Tetapi kami lihat di Maret 2022 itu kejadian banjir lebih banyak dibandingkan Maret 2021,” imbuhnya.
Selain jumlah kejadian banjir Maret 2022 yang lebih tinggi dibandingkan setahun sebelumnya, kata Abdul Muhari, BNPB juga mencatat korban mengungsi, terdampak dan meninggal lebih tinggi pada tahun ini dibanding tahun lalu.
Pada periode Januari-Maret 2022, jumlah pengungsi terdampak banjir naik menjadi 24.739 jiwa, sementara pada 2021 hanya berjumlah 3.204 jiwa. Namun di sisi lain, jumlah korban terdampak pada bulan Maret 2022 mengalami penurunan sekitar 18 persen dari tahun sebelumnya, atau dari 587.987 orang turun menjadi 482.514 orang.
Selain itu, tingkat jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana banjir pada Maret 2022 juga cenderung naik dibandingkan dari Maret 2021. Pada Maret 2022, bencana banjir mengakibatkan 159 rumah rusak berat, 67 rumah rusak sedang, 407 jumlah rusak ringan, dan 151.255 rumah terendam.
Abdul Muhari kemudian meminta seluruh pemerintah daerah dan warga untuk melakukan kesiapsiagaan penanggulangan bencana pada April ini, lantaran Indonesia sudah mulai memasuki musim pancaroba dengan karakteristik utama didominasi oleh cuaca ekstrem, baik angin kencang, puting beliung, maupun hujan intensitas tinggi dengan durasi pendek.
“Salah satu upaya kesiapsiagaan, jika terjadi hujan deras dalam waktu lebih dari 1 jam secara terus menerus, dan jarak pandang kurang dari 50 meter. Maka segera evakuasi mandiri bagi masyarakat di sempadan sungai dan sempadan lereng,” ujar Abdul Muhari.